Saturday 21 November 2015

Martir Cordova, Dampak Revolusi Islam di Andalusia

Mahardi Purnama


Pada tahun 850, seorang pendeta di Cordova dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Tinggi Cordova atas tindakannya menghina dan melecehkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Kematian sang pendeta bernama Perfectus itu rupanya memberikan dampak yang cukup besar bagi komunitas Kristen di ibukota pemerintahan Bani Umayyah.

Orang-orang Kristen yang taat maupun awam datang ke pengadilan tinggi Cordova dan mencela Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Oleh pemerintah, pelecehan terhadap Nabi Muhammad adalah sebuah pelanggaran dan pelakunya akan dikenakan sangsi yang berat sehingga dalam waktu sekitar empat bulan saja, terhitung lima puluh orang dikenakan hukuman mati. Namun, di kalangan Kristen, mereka dikenang sebagai pejuang Kristus. Mereka adalah “Martir Cordova” yang rela mati dan membela ajaran Kristen.

Fenomena Martir Cordova ini terjadi di masa pemerintahan amir Abdurrahman II. Salah satu faktornya disebabkan oleh orang-orang Kristen taat merasa tidak nyaman melihat kondisi saudara-saudara mereka penduduk asli Andalusia hanyut dan tenggelam dalam budaya umat Islam di Andalusia.

Sedikit kembali ke belakang, di tahun 711 M, ketika panglima gagah berani Thariq bin Ziyad tiba di Andalusia. Ia membebaskan penduduk Andalusia dari penindasan Bangsa Visigoth. Sebelum Islam datang, masyarakat Andalusia berada di bawah kekuasaan kerajaan Kristen Visigoth. Pihak kerajaan menetapkan pajak yang tinggi bagi masyarakat kalangan bawah demi kesejahteraan para bangsawan dan pihak gereja. Selain itu, orang-orang yang memeluk agama selain Kristen Katolik dipaksa untuk meninggalkan agama mereka. Jika enggan, mereka akan dihukum bahkan dibunuh. Mereka adalah para penganut Kristen Arian dan Yahudi yang minoritas.

Dalam waktu tiga tahun saja, Thariq bin Ziyad dan pasukannya didukung oleh Musa bin Nushair berhasil menaklukkan Semenanjung Iberia (baca: Andalusia). Seluruh kawasan berhasil dikuasai kecuali wilayah kecil di bagian utara yang menjadi cikal bakal Kerajaan Kristen yang tangguh di kemudian hari.

Sejak penaklukkan, Islam berevolusi di Andalusia dalam berbagai bidang. Di antaranya dalam bidang kebudayaan dan pendidikan. Umat Kristen Andalusia terpengaruh oleh budaya Arab-Islam dalam kehidupan sehari-hari. Maka muncul orang-orang Kristen yang mengikuti gaya hidup umat Islam. Mereka mengikuti gaya hidup umat Islam mulai dari cara berpakaian, cara makan, tidak memakan babi, menyembelih hewan, berkhitan, para wanita mengenakan pakaian tertutup. Mereka ini dikenal dengan sebutan Kristen Mozarab atau Musta’ribah dalam versi bahasa Arab. 

Orang-orang Mozarab adalah salah satu fenomena unik di Andalusia. Mereka orang-orang Kristen yang ter-arabkan. Sebagian besar dari kalangan Mozarab bahkan lupa bahasa ibu mereka (Latin) dan lebih memilih bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari.

Beberapa orang Kristen taat merasa prihatin melihat fenomena yang terjadi. Saudara-saudara mereka yang ter-arabkan telah kehilangan identitas sebagai seorang Kristen. Rasa prihatin ditambah lagi dengan banyaknya saudara mereka yang konversi menjadi muslim. Terhitung pada masa amir Abdurrahman I (756-788) atau hanya sekitar 50 tahun setelah penaklukkan Thariq, 40 persen penduduk Andalusia berpindah agama menjadi muslim. Lewis dalam God Crucible: Islam and The Making of Europe mencatat bahwa pada akhir abad ke-10, jumlah penduduk muslim di Andalusia meningkat menjadi 70 persen dari total populasi. Islam menjadi mayoritas di Andalusia.

Keprihatinan para pendeta dan biarawan terhadap saudara mereka sesama Kristen pada akhirnya menimbulkan rasa kebencian terhadap Islam. Maka terjadilah peristiwa “Martir Cordova” di masa Abdurrahman II. Fenomena Martir Cordova menunjukkan kuatnya arus budaya Arab-Islam yang menerjang penduduk Andalusia.

Dalam bidang pendidikan, umat Islam Andalusia melesat lebih jauh melampaui negeri-negeri Eropa lainnya. Banyak didirikan sekolah dan universitas di kota-kota besar seperti Cordova, Sevilla, Toledo, dan Malaga. Universitas Cordova yang paling populer dan menjadi tujuan para pelajar dari dunia Islam maupun Eropa. Dikabarkan bahwa Paus Sylvestre III pernah menimba ilmu di universitas yang dibangun amir Abdurrahman III ini sebelum menjadi Paus.

Para pelajar yang pernah menimba ilmu di Andalusia, ketika kembali ke negerinya, mereka mendirikan sekolah dan universitas untuk mendistribusikan ilmu yang mereka dapatkan. Para pelajar inilah yang membangun peradaban Barat sehingga melahirkan zaman Renaissance (Rebirth)di Eropa. 

Andalusia merupakan prototipe kejayaan Islam di masa lalu. Selayaknya umat Islam pada hari ini bercermin pada sejarahnya. Membaca serta mengkaji kembali hal-hal yang membuat Islam mampu membangun peradaban Islam yang sedang terpuruk pada hari ini.

#Juara 1 dalam lomba artikel islami yang diadakan oleh LDM-al-Adab FS Unhas

DASAR REVOLUSI MENTAL, TAK BEREVOLUSI 

Yusriah Ulfah Winita 

Setelah Presiden Republik Indonesia menggunakan istilah ‘Revolusi Mental’ setahun silam, frasa tersebut menjadi sesuatu yang marak diperbincangkan. Tidak hanya di kalangan Politikus dan Pejabat Negara, melainkan telah merambah dunia masyarakat biasa, tak terlepas kaum pelajar. Tanggapan mengenai Revolusi Mental pun mulai mencuat. Sehingga menimbulkan banyak spekulasi. Meskipun begitu, istilah tersebut bukanlah hal baru, karena Presiden Pertama RI, Soekarno, malah telah menyuarakannya pertama kali bertahun lalu.

Terlepas dari spekulasi mengenai Revolusi Mental sendiri, ada beberapa hal yang perlu diulas kembali. Baik mengenai tujuan dari Revolusi Mental, ataupun dampak dan proses daripadanya. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, aspek epistimologi ada baiknya dipahami terlebih dulu. Hal ini berguna untuk memahami makna sebenarnya istilah tersebut.

Revolusi Mental berasal berasal dari dua kata, yaitu ‘revolusi’ dan ‘mental. Merujuk Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revolusi dapat diartikan sebagai suatu perubahan baik mengenai ketatanegaraan, suatu bidang tertentu, ataupun peredaran bumi terhadap matahari. Sedangkan mental dapat diartikan sebagai hal yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa Revolusi Mental merupakan sebuah perubahan  batin dan watak manusia.

Sasaran penerapan Revolusi Mental di Indonesia bertujuan memperbaiki moral bangsa. Tak diyana, maraknya korupsi, bentrokan, perampokan, kenakalan remaja, dan lain sebagainya menjadi objek dari Revolusi Mental. Lebih tepatnya adalah pelaku perilaku tersebut. Revolusi Mental diharapkan mampu memperbaiki moral bangsa yang sangat memprihatinkan saat ini. Namun, sejauh ini belum ada hasil memuaskan dari pencetusan kembali istilah tersebut. Jika ditelaah lebih lanjut, tentu ada beberapa faktor yang mempengaruhi lambatnya proses itu. Salah satu kemungkinan adalah tidak kuatnya landasan Revolusi Mental sendiri.

Sebagai perbandingan, dalam kajian filsafat terdapat cabang yang dikenal dengan istilah ontologi yang mengkaji eksistensi atau keberadaan. Seperti keberadaan Tuhan dapat dilihat dari ciptaan-Nya. Sebelum lahirnya opini tersebut, para filsuf tentu telah melakukan tafakur terhadap realita kehidupan. Semua makhluk hidup maupun benda mati, serta alam dan seluruh jagad raya tentu ada karena ‘sesuatu’. Dan sesuatu itu tentu bukan hal yang biasa. Dan bukan hal biasa itulah Tuhan, yang Dzat-Nya tak mampu lagi terjangkau oleh akal manusia.

Kembali ke Revolusi Mental. Penyebab belum teraplikasinya tujuan dari hal tersebut bisa jadi disebabkan oleh pondasi yang tidak kuat. Dasar pembangunannya rapuh, sehingga sulit mengaplikasikan. Jika dikaitkan dengan bahasan filsafat di atas, seharusnya Revolusi Mental dibangun berdasar sesuatu yang tidak berevolusi. Dan sesuatu yang tidak berevolusi itulah al-Qur’an. Al-Qur’an berisi wahyu Allah yang disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril. Dan bukankah Allah telah menjamin al-Qur’an akan terus terjaga hingga akhir? Artinya isi dan kandungan al-Qur’an tidak akan berubah.

Berdasarkan pembahasan di atas, penanaman nilai-nilai moral dari al-Qur’an terhadap bangsa tentu mampu mengubah watak dan batin secara perlahan-lahan. Keindahan bahasa dan makna isi al-Qur’an sendiri mampu menggetarkan jiwa. Manakala jiwa telah tergerak berubah menuju kebaikan, maka watak atau perilaku akan mengikut dengan sendirinya. Saat itulah Revolusi Mental telah terwujud. 

Bukan hanya itu, melainkan juga keberterimaan antara makna al-Qur’an dengan logika. Banyak penelitian dewasa ini yang mengkui kandungan al-Qur’an tidak hanya mencakup satu bidang saja melainkan seluruh sendi kehidupan. Bahkan ada ayat-ayat tertentu dalam al-Qur’an ketika dibaca, jin pun ikut bersujud. Jadi, bagaimana dengan manusia yang merupakan makhluk paling sempurna?

Saturday 13 June 2015

Menghormati Yang Tidak Berpuasa?

12 tahun silam, saat saya baru lulus kuliah, saya sudah menemukan konsep baru yang sangat membingungkan ini: Orang-orang berpuasa diminta menghormati orang-orang yang tidak berpuasa. Maka, saat ramadhan datang, apa salahnya jika tempat-tempat hiburan tetap buka, rumah makan tetap beroperasi penuh, dan sebagainya. Apa salahnya jika klub malam tetap beroperasi. Toh, mereka juga mencari makan, nafkah dari bisnis mereka. Saya membaca tulisan itu di milist (jaman itu belum ada media sosial). Saya masih muda, masih tidak berpengalaman. Saat membaca tulisan tersebut, aduhai, isinya masuk akal sekali. Benar loh, kan kita berpuasa itu disuruh menahan diri, agar jadi lebih baik, masa' kita akan tergoda saat melihat warung buka, masa' kita akan tergoda saat melihat tempat hiburan ada di mana-mana? Full beroperasi. Kalau masih, berarti puasa kita nggak oke. Itu logika yang masuk akal sekali. Tapi saya bersyukur, saya tidak pernah membiarkan "logika" sendirian saat menentukan prinsip-prinsip yang akan saya gigit. Saya selalu memberikan kesempatan mendengarkan pendapat lain.
Menghormati

Baik. Itu mungkin masuk akal, orang-orang berpuasa disuruh menghormati orang-orang tidak berpuasa, tapi di mana poinnya? Apakah orang-orang yang berpuasa mengganggu kemaslahatan hidup orang-orang tidak berpuasa? Apakah orang-orang berpuasa ini punya potensi merusak? Sehingga harus ada tulisan, himbauan, pernyataan: kalian yang puasa, hormatilah orang yang tidak berpuasa. No way, man, itu logika yang bablas sekali. Saya tahu, ada banyak razia penuh kekerasan dilakukan kelompok tertentu atas tempat-tempat hiburan, warung-warung, dll. Tapi itu bukan cerminan kelompok besar muslim di negeri ini. Kelompok besarnya, bahkan tidak suka dengan cara-cara penuh kekerasan ini, pun tidak suka dengan kelompok ini.
Lantas siapa yang seharusnya menghormati?
Default dalam situasi ini adalah: ingatlah baik-baik, ramadhan itu sudah ribuan tahun usianya, 1.434 tahun tepatnya. Bahkan perintah shaum, itu hampir seusia manusia di bumi ini, agama-agama terdahulu juga memilikinya. Kalau itu sebuah tradisi, maka dia lebih tua dibanding tradisi apapun yang kalian kenal, silahkan sebut tradisinya, puasa lebih tua. Maka, tidak pantas, manusia yang usianya paling rata-rata hanya 60 tahun, tiba-tiba mengkritisi puasa, memandangnya sebagai sesuatu yang artifisial, tidak penting, dan sebagainya. Ramadhan adalah bulan paling penting dalam agama Islam, jelas sekali posisinya.
Sama dengan sebuah komplek, itu komplek sudah 1.434 tahun punya tradisi tidak boleh memelihara hewan peliharaan. Kemudian datanglah keluarga baru, membawa hewan yang berisik sekali setiap malam. Siapa yang disuruh menghormati? Wow, warga satu komplek yang disuruh menghormati keluarga dengan hewan berisik? Demi alasan egaliter, HAM, kesetaraan, kebebasan, dan omong kosong lainnya. Kalian tahu, ketika orang-orang tidak punya argumen substantif dalam hidup ini, maka senjata mereka memang hanya itu: kebebasan. Amunisi paling mudah saat melawan agama adalah: kebebasan. Hingga lupa, siapa sih yang over sekali menyikapi situasi ini?
Karena sejatinya, tidak ada pula yang menyuruh warung-warung full tutup, warung-warung makan cukup diberikan tirai saat bulan Ramadhan, semua baik-baik saja. Itu lebih dari cukup. Lantas soal klub malam? Diskotik? Tempat-tempat menjual minuman keras? Kalian punya 11 bulan untuk melakukannya, diminta libur sebulan, apa susahnya? 11 bulan orang lain menghormati kalian melakukannya, maka tiba giliran 1 bulan, apa susahnya mengalah? Tidak perlu sampai ribut, sampai berantem, sampai dirazia, cukup kesadaran diri saja. Tidak ada yang meminta kalian tutup 12 bulan.
Kusutnya masalah ini, kadang yang mengotot sekali justeru sebenarnya beragam Islam. Orang-orang yang beragama lain, sudah otomatis menyesuaikan diri. Saya punya banyak teman-teman non Islam, saat mereka makan siang, mereka dengan sangat respek minta ijin, bisa menempatkan diri dengan baik. Hampir semua agama itu punya ibadah yang harus dihormati. Di Bali misalnya, saat Nyepi, mau agama apapun, semua orang diminta menghormati Nyepi. Tidak ada alasan: kebebasan, boleh dong saya hura-hura saat Nyepi.
Saya tahu, silahkan saja jika kalian tetap punya tapi, tapi dan tapi. Saya hanya mengingatkan: sekali orang-orang mulai terbiasa membalik-balikkan logika, dalam urusan ini, hanya soal waktu, besok lusa akan ada yang bilang: adzan di masjid itu mengganggu. Kemudian orang-orang akan mengangguk, mengamini, benar juga ya, kenapa harus teriak-teriak sih adzannya? Kenapa harus pakai speaker? Kan bisa pakai SMS, miskol, dll. Itu pemeluk agama Islam kok bego banget, tidak tahu teknologi.
Saat itu terjadi, maka silahkan tanggung dosanya, wahai kalian, orang-orang yang bangga sekali dengan logika hidupnya. Bangga sekali dengan kepintarannya berdebat, kalian --mungkin tanpa menyadarinya-- telah memulai menggelindingkan bola salju agar orang-orang lain mulai meninggalkan agamanya.
Terakhir, ada jutaan anak-anak kami yang baru belajar puasa ramadhan ini, saat mereka pulang sekolah TK, SD, saat mereka habis-habisan menahan haus dan lapar, maka jika kalian yang keblinger sekali pintarnya tidak bisa melihat mozaik besar ramadhan, maka lihatlah anak-anak ini, mereka sedang berusaha taat melaksanakan perintah agama--bahkan saat mereka belum tahu-menahu. Hormatilah anak-orang kami ini. Jangan suruh mereka menghormati orang-orang yang tidak berpuasa.

Oleh : Tere Liye

Sunday 7 June 2015

Rembulan Masih Merah di Kota Ramallah

Rembulan Masih Merah di Kota Ramallah

 Oleh : Fathul Khair Tabri 
Rembulan Merah

Malam ini bulan nampak merah. Kepulan asap memenuhi setiap sudut kota. Tangisan bergemuruh di atas hamparan tanah yang penuh ranjau. Malam ini langit penuh warna. Merah, orange, dan kilatan putih berganti menghantam langit kota kami. Ini bukan festival kota, tak ada bianglala yang menghias di sepanjang jalan ini, tak ada permen kapas, tak ada tawa, tak ada senyum yang mengembang dari setiap keluarga di kota ini. Inilah kota yang hampir mati, penuh tangis, penuh duka, dan penuh darah. Inilah Ramallah.

Kulihat sebuah roket melaju begitu gesit disertai kepulan asap  menembus awan kota kami. Meledakkan bangunan tinggi yang masih tersisa. Seluruh wanita berlari meninggalkan tempat itu.  Di sudut kota lain terlihat jalanan masih padat. Terlihat demonstran yang menuntut haknya sepanjang jalan ini. Buruh-buruh tumpah ruah di jalan. Anak-anak menangis diatas tubuh orang tuanya yang telah tiada. Malam ini adalah malam yang panjang.

Petikan mentari masih sedikit menyambar kota kami. Tak ada yang begitu istimewakulihat, hanya setumpuk puing-puing bangunan yang berserakan, tanah yang tandus, dan orang yang mengerumuni mayat-mayat akibat peristiwa semalam. Aku tak pernah tahu mengapa negeriku ini tidak adil bagi kami. Oh, aku salah! bukan negeriku yang membuat kami seperti ini. Tapi merekalah yang hidup dengan hedonisme mereka sendiri hingga melupakan kami, sibuk dengan jabatan dan ambisimereka, dantentu     saja sibukdengan ego mereka.   

"Umma! kenapa wajah umma terlihat lebih pucat, dan tubuh umma jauh lebih kurus dari yang dulu?" tanya seorang bocah.   

"Nak! lihat wajah umma, umma jauh lebih baik saat ini, umma sehat." jawabnya singkat, dengan senyum yang mengembang di wajahnya.   

Surya mulai meninggi. Langit-langit masih menggantung, dan pohon mulai nampak mengering. Kulihat, bocah itu terus memeluk ibunya. Hanya suara kecil yang kudengar, bisikan angin Terus menerpa wajahku.   
           
"Umma! dimana aba? kenapa sejak enam hari yang lalu ia tak kembali?"tanya bocah kecil itu yang berumur kisaran sepuluh tahun.

“Aba pergi mencari bantuan Yahfiz, di tempat yang indah, tempat yang selalu di rindukan oleh orang-orang”balas ibunya.

Di bawah tenda tua berwarna biru, bocah itu terus bertanya tak henti-hentinya.

Tiba-tiba terdengar suara ledakan dari jarak ratusan meter dari tenda pengungsian, dentuman besar menyambar di telinga orang-orang di siang hari. Angin menerbangkan debu begitu cepat, kepulan asap menyeruak memenuhi tenda-tenda pengungsian. Ratusan orang berlari menyelamatkan diri. Terdengar suara hentakan sepatu ratusan serdadu.

Dari jarak jauh, timah timah emas menembus tubuh rakyat sipil. Jeritan-jeritan mulai terdengar.Ratusan rakyat sipil mengambil senjata yang ia simpan. Wanita mengambilbatukerikil,berbaris di belakang mujahidin, melempar dengan sekuat tenaga. Takbir memenuhi langit-langit Ramallah .   

Bocah itu berlari di belakang ibunya, tak ada sedikitpun rasa takut yang tergambar di wajahnya.

"Yahfizz! Larilah nak! Idzhab ilal wilayatil gorbiyyati Selamatkan dirimu. Allah selalu bersamamu." Teriak ibu sang bocah tadi.Air mata tertumpah ruah di medan jihad.


Bocah ituberlaridanterus berlari."Aba...Aba... tolong umma!" Teriaknya penuh ketakutan.   
Tak ada yang memperdulikannya, semua orang sibuk menghadang tentara zionis. Truk-truk datang silih berganti menawan orang-orang yang dianggap pemberontak.   

"Ini tanah kami! Ini tanah kami!" Ucap seorang pemuda saat diseret menuju truktersebut. Darah mengalir di pelipis matanya.

Tank-tank menorobos di tengah blokade massa. Tembakan menjadi membabi buta. Satu, dua, orang –orang tumbang seketika. Darah mengalir deras di balik bajunya, menggenang seketika di bawah langit.

“Takbiiir...Takbir... AllahuAkbar”

Terdengar suara di balik wajah seorang lelaki tua, debu memenuhi wajahnya.
Siang ini, Ramallah terlihat lebih menakutkan.

Bocah itu terjatuh dan tak sadarkan diri. Siang itu begitu menyengat, sangat menyengat. Bocah itu terbangun di bawah tenda putih yang berada tepat di atasnya. ia melihat orang-orang terluka di sekelilingnya. Kapas-kapas menyerap darah  yang keluar dari robekan pergelangan tangan orang yang berada disampingnya. Bocah itu tahu kalau ia telah selamat.

Seseorang berseragam putih datang menghampirinya. “kau beruntung dapat selamat nak!” ucap seorang relawan kemanusiaan itu.

“Bagaimana dengan umma! Tolong dia. aku mohon, Izinkan aku  pergi kesana,” Bocah kecil itu berkata. 

“Kalla! hunaka khatr, yumkinuka tadhar . Semua tempat disana sudah hancur akibat rudal-rudal yang terus menghantamnya.


***

"Yahfiz!"

Seseorang menyentuh lenganku. Itu istriku, Aisyah. Ia menyadarkanku dari lamunan panjang di depan perkuburan massal di kota Ramallah.   
Di depan batu nisan ini, aku terus memandang foto tua keluargaku yang masih tersisa.

Aku mestinya tahu, bahwa saat ibu mengatakan Ayah mencari bantuan, ia telah tiada,  tewas bersama mujahidin lainnya. Seribu penyesalan hinggap di pikiranku, aku tak mampu melindunginya, wanita terhebat yang kupunya, umma.

Aku tetap berdiri di samping istriku. Aku tak sanggup membendung air mata ini. Bibir ini keluh, diam seribu bahasa.

“Pasti ia bangga denganmu, bocah tangguh yang ia lahirkan.”ucap Aisyah menenangkanku.
Ibu mati di saat aku mencari ayah. Di medan jihad, dua puluh tahun yang lalu. Wanita tangguh penuh semangat, dengan batu ia berjihad. Kau yang terhebat,umma.
Bisikan angin terus menerpa wajahku. Sekuntum bunga kutaruh di atas tanah makam yang telah lama mengering.

Aishe, Lady Of Palestine

12 April 2009
Kepada-Nya  yang selalu mendekapku.
Keringatku terus bercucuran. Ruang ini begitu sempit, begitu sesak. Sebuah ruangan tak lebih dari 2 kali 3 meter di bawah tanah. Kami tak dapat banyak bergerak di bawah sini, selain ruangan yang begitu sempit, kami juga harus menyembunyikan diri dari orang-orang jahat yang akan menyerang kami. Entah apa yang terjadi di atas, takbir begitu keras menggema di antara suara tembakan. Mungkinkah kami dapat menang hari ini? Semoga ya Rabb. Ry… aku sangat takut di sini! Bagaimana bila orang-orang itu tahu kalau kami bersembunyi di sini? atau jangan-jangan kami akan mati dengan kehabisan oksigen? Ya Rabb kami butuh pertolonganmu. Entah sudah berapa hari kami bersembunyi di bawah sini, bersembunyi di bawah parit yang tertutupi. 

13 April 2009
Kepada-Nya yang selalu mendekapku.
Allahu musta’an Abi memutuskan untuk bergabung dalam rombongan yang akan membantu mujahidin lainnya di atas sana, apa yang harus aku perbuat Ry?  Aku sangat hawatir dengan Abi. Ia begitu azam dengan janjinya, akan menyelamatkan tanah leluhur kami, tanah yang begitu diberkati, tanah para nabi. Aku akan mendoaknmu Abi! Allah pasti memberikan kemenangan ini buat kita.

Ia akan keluar dari tempat persembunyian ini di malam hari, bersama para mujahidin lainnya. Kulihat Abi masih berzikir, sesekali ia melantunkan Qalam Ilahi dengan suara yang pelan. Ada gelora di bulatan matanya, sangat jelas kulihat.

Aku masih ingat saat pertama kali Abi menghadiahkan buku tulis ini padaku. Bahagia rasanya, di lingkungan kami, mendapatkan makanan sangatlah susah terlebih lagi mendapatkan sebuah buku. Kata Abi buku ini pemberian dari relawan yang pernah memberikan bantuan pada warga kami, dan Abi menghadiahkannya padaku saat aku berhasil menghafal Al-Quran tepat di bawah dua belas tahun. Bagi warga kami, mampu menghafalkan Qalam ilahi ada sebuah kehormatan dan kemuliaan bagi kami. Hampir seluruh warga menghafalnya.

Senja telah kembali di peraduannya. Sedikit lagi Abi akan bergerak bersama mujahidin ke medan jihad. Aku memeluknya dengan kuat, mata ini berarir dan tak mampu menahannya. “Allah akan selalu berada disisi kita. Ingatlah bahwa darah Abi telah mengalir dalam dirimu, kuharap kau mampu bersabar dengan semua ini.  Kita akan pasti menang anakku! Abi akan selalu mencintaimu, Assalamualaiakum” hanya suara itu yang kudengar saat melepasnya pergi. Sungguh, kuharap Abi dapat kembali.

20 April 2009
Ry… aku ingin bertemu dengan Abi. Sudah sepekan aku tak mendengar kabarnya, tapi kudengar para pasukan mujahidin berhasil merebut beberapa wilayah di bagian barat daerah kami. Semoga Abi salah satu yang terselamatkan. 

Alhamdulillah, relawan akhirnya datang juga. Kami sangat bersyukur ternyata masih ada orang yang peduli dengan kami. Kupikir aku, kakakku dan warga kami akan mati seperti di daerah lainnya, mati kelaparan. sekulum senyum dari kami, dan doa terus mengalun indah di antara warga kami.
Kulihat kepala pemimpin kami berunding dengan dua, tiga orang dari relawan. Entah apa yang ia katakan, tapi wajah Ahmed pemimpin kami meneteskan air mata. Beberapa menit kemudian ia menemui kami. Ia tertunduk lesu, matanya berkaca-kaca, dan tangannya kanannya memasukkan Qur’an ke saku atas bajunya.

Ry… kami harus berangkat dari sini. Kata pak Ahmed memutuskan tadi sore. Daerah ini sudah sangat tak aman. Ia menghawatirkan kami bila masih terus bertahan di tempat ini. Beberapa daerah telah dikuasi oleh biadab-biadab itu, dan penduduk muslim dibantai tak mengenal ampun.

21 April 2009
Semua telah berkumpul di bawah langit malam ini. begtu dingin hingga menusuk tulangku. Bulan tak nampak di malam ini, mungkin ia sedih melihat kami. Sebuah tragedi kemanusiaan yang tak dipedulikan oleh dunia. Dimana kalian? Kata Abi orang-orang muslim memiliki ukhuwah yang erat, dan tak dapat dipisahkan. Namun, kemana kalian? Apakah kabar kami tak sampai padanya, ataukah ada yang lebih penting dari saudara-saudara muslimnya yang  dibantai, diperkosa dan dihujami rudal-rudal setiap detik. Miris, hanya segelintir yang dapat melihat kami.
Setapak demi setapak kami berjalan. Menyusuri kegelapan dengan lentera seadanya. Kak Yasser, satu-satunya keluarga yang kupunya harus tinggal di pemukiman kami bersama beberapa pemuda dan orang tua. Katanya, ia adalah pejuang-pejuang Palestine, tak mengenal lelah dan tak mengenal putus asa karena Allah selalu bersamanya. Aku memeluknya dengan erat, sangat erat. Ia berbisik “Jadilah mujahidah Palestina dan tegakkan Agama Allah di mana pun bumi kau pijak. Kau tak usah menungguku, aku bahagia bila syahid di medan jihad. Kuharap kau berbesar hati, Aishe!” air mataku kembali berjatuhan.

1 Mei 2009
Aku tak bisa terus begini, Ry. Biadab-biadab itu kembali menyerang kami. Sudah puluhan warga tewas akibat serangannya, termasuk pemimpin kami pak Ahmed. Keputusanku kini bulat, aku akan pergi bersama mujahidin dan mujahidah lainnya malam ini. Ini adalah jalan satu-satunya yang harus kutempuh. Ini tanah kami, negeri kami. Mereka tak berhak mengambilnya. Kuharap penderitaan kami akan berakhir. Juga, kuharap buku diary ini akan ditemukan oleh para relawan dan mampu menggugah hati saudara-saudara seiman kami. Mendoakan kami. Allahuakbar aku akan menyusulmu Abi, Umi, dan kak Yasser.

***


“FREEDOM PALESTINE” Berita itu mengudara beberapa tahun ini. seluruh media massa tak ketinggalan memberitakannya. Ormas, organisasi kemanusiaan, dan tak pula organisasi dakwah turut serta dalam mengampanyekan kebebasan Palestina.

“Sungguh kisah yang tragis.” Batinku membisik. Teman-teman meneteskan air mata saat membacanya. Sebuah diary wanita Palestina dalam mempertahankan kehormatan negaranya yang tersebar luas di media internet dengan nama ‘Aishe Lady of Palestine’.

Oleh : Fathul Khair Tabri

Mencari Keteguhan Hati


Keteguhan di atas agama Allah adalah tuntunan mendasar bagi setiap muslim yang benar. Yang ingin meniti jalan yang lurus dengan tekad yang kuat dan penuh kesadaran. Hakikatnya, hati begitu mudah berbolak balik. Seperti yang diriwayatkan oleh Ahmad IV/408, Dalam Shohih Al-Jami’ no. 2361 yang mengatakan ‘sesungguhnya perumpamaan hati, seperti ranting yang melekat pada pohon yang mudah diombang-ambingkan angin dari atas ke bawah.  Seperti riwayat diatas, hati begitu mudah untuk berbolak balik, dan tentu seorang mukmin kita membutuhkan keteguhan hati untuk meniti, menapaki jejak dalam agama yang sempurna ini. Mungkin inilah sebagian kecil cara yang dapat kita lakukan dalam meneguhkan hati kita pada-Nya.

1.    Memahami Al-Qur’an

Memahami AL Quran

Al-Qur’an merupakan sarana ketegaran yang utama, ia merupakan tali Allah yang sangat kuat dan cahaya yang nyata. Dan begitupun dengan janji Allah, siapa saja yang berpegang teguh dengannya, maka Allah pun akan menjaganya. Al-Qur’an juga bagaikan tetesan embun yang membasahi jiwa. Mampu menumbuhkan keimanan dan menyucikan jiwa, dengan menjalin hubungan dengan Allah. Pun dengan ayat-ayatnya turun dengan kesejukan dan keselamatan di hati seorang mukmin.

2.    Beramal Shaleh


Beramal Sholeh
Sesunggahnya Allah lebih menyukai amalan-amalan yang berkesinambungan meskipun sedikit. Beramal shaleh merupakan salah satu dari benih-benih yang dapat menumbuhkan ketegaran hati di hati-hati oraang yang beriman. Dan orang yang beriman dan beramal shaleh akan ditunjukkan oleh Rabb mereka kepada jalan yang lurus dengan keimanan mereka.
Sebagaimana dengan firman Allah
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalaim dan Allah berbuat sesuai apa yang Dia kehendaki.” (Ibrahim[14]:27)

3.    Doa

Doa merupakan salah satu pertahanan terkuat yang dimiliki oleh seorang mukmin. Yang dimana Allah sangat dekat kepada hambanya yang mengabarkan keluh dan kesahnya dan mejadikanNya satu-satunya tempat untuk meminta.
“Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang aku, maka jawablah bahwasanya aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan yang berdoa apabila ia memohon kepadaku, maka hendaklah mereka tu memenuhi (segalah perintahku) dan hendaklah beriman kepadaku agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Al-Baqarah[186]:2)
Dan begitupun dengan doa, ia mampu menumbuhkan ketegaran dan keteguhan kepada hati hambaNya yang berdoa. Dan diantara sifat hamba Allah yang mukmin  adalah bahwasanya mereka menghadapkan wajah mereka kepada Allah dengan senantiasa berdoa agar dia mengokohkah keimanan mereka:
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali-Imran[3]:8)

4.    Berzikir kepada Allah


Zikrullah termasuk salah satu faktor penopang keteguhan yang terbesar.
Perhatikanlah keterkaitan yang erat dari dua perkara ini, yang tersirat dalam firman Allah:
“Hai  orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh) maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyanya agar kamu beruntung.” (Al-Anfall[8]:45)
 Maka, Allah telah menjadikan zikrullah sebagai sesuatu terbesar yang menopang ketegaran dalam berjihad.


5.    Senantiasa menyeru agar taat kepada Allah

Berdakwalah kepada manhaj yang shahih dengan mencurahkan waktu, memeras pikiran dan tenaga, serta kepandaian lisannya, di mana pekerjaan dakwah ini menjadi kesibukan utama dan keinginan seorang muslim, maka dalam hal ini akan mampu menghadang langkah setan dalam menyebarkan kesesatan dan fitnahnya.

Berdakwalah, di samping mendapatkan pahala yang besar, juga mendapatkan sarana untuk memperkuat ketegaran, serta membentengi diri dari surut dan merosotnya iman. Dan pula Allah senantiasa bersama para juru dakwah. Dia akan mengokohkan dan meluruskan langkah mereka.

(Disarikan dari buku BAHAGIA DI JALAN TAKWA oleh DR. Nashir Sulaiman Al-Umar, Syaikh Shaleh Al-Munajjid)

Gazza! Dibawah Altar Langit Malam

Gazza! Dibawah Altar Langit Malam 

Oleh : Fathul Khair Tabri
Gazza Di Bawah Altar Langit Malam

Alya memandang gedung di sekelilingnya yang telah runtuh dan tertutupi oleh pasir dan debu yang menyelimutinya. Sudah berkali-kali ia menatap dan tetap tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Terlihat lingkaran hitam yang terpajang di bawah mata sayupnya, entah sudah berapa lama ia menahan rasa kantuknya, akibat suasana yang masih memanas. Di bawah altar langit malam, tak sorang pun tidur diantara mereka. Begitupun dengan Alya yang terus saja menyepi di sudut ruangan tanpa atap bersama ayahnya. Dinginnya udara yang menemani di malam-malam yang begitu mencekam tak membuat di antara mereka terlihat ketakutan dan cemas terhadap apa yang mereka alami.

“yaaayyuhannaas…. Janganlah diantara kita merasa takut terhadap apa yang menimpa kita, sebab Allah selalu bersama kita. Mungkin kita adalah bangsa yang tak terpandang dimata mereka, namun yakinlah…yakinlah bahwa kita akan mulia di mata Allah bila kita menemukan syahid kita di sini.” kata seorang diantara mereka penuh lantang menembus sunyi.

Terlihat diantara mereka ada yang memeluk mushaf Qur’an di balik baju kusam  yang ia kenakan. Gazza seperti kota mati. Tak ada yang tergambar pemukiman yang rapih, semuanya hancur berantakan. Hanya tenda-tenda darurat yang terpasang beberapa buah. Tak ada lampu yang menerangi mereka. Tak ada air yang begitu banyak tuk membersihkan wajah mereka dari debu dan sisa-sisa asap yang masih memenuhi wajahnya.

“nak…apakah kamu takut dengan semua ini,?” kata ayahnya menatap Alya.
“apa yang harus saya takut kan abi? Bukankah kata orang tadi bahwa Allah selalu bersama kita! Dan bukankah ibu telah menemukan syurganya?” jawab Alya yang masih terlihat menggenggam mushaf tuanya yang berwna hitam.
“betul Alya! Ibumu telah menemukan syurganya, syurga yang telah di janjikan oleh mujahidah seperti ibumu” kata ayanya mengusap kepala Alya.
“kalau begitu, apa yang akan terjadi kepada kita esok hari ayah.?”
“entahlah, mungkin esok kita akan berkumpul bersaama ibumu kembali.”

***

Masih sedikit benang merah yang terlihat di balik ufuk timur, namun orang-orang sudah bagaikan lebah yang saling berhamburan. Seluruh warga sipil berlari tak karuan, gedung-gedung, pemukiman, dan tenda tak luput dari serangan rudal yang terus memborbardir daerah gazza.

Terlihat kaum lelaki yang berdiri di gardu terdepan membawa senjata yang ia miliki. Batu dan kerikil telah di genggam oleh kaum wanita. Tak terelakkan, deraian darah mengalir di negeri para nabi.

Hujaman meteor-meteor rudal terus menyeruak menghantam seluruh pemukiman. Satu persatu mujahid dan mujahidah tergeletak syahid di atas medan jihad. Kepulan asap dan debu menutup pandangan. Terdengar Takbir yang terus berkumandang menembus dentuman rudal.

Tempat itu seketika berubah menjadi menakutkan. Kobaran api terus menyela menerangi setiap sudut kota. Ledakan demi ledakan menggaungkan jihad di sana. Hamparan tanah di penuhi mayat-mayat yang tak berdosa, tetesan air mata tertumpah ruah di jalan-jalan. “ini tanah kami! Tanah nabi yang di wariskan kepada kami. Pergi kau penjajah! Allah bersama kita, dan kemenangan adalah janji yang pasti. AllahuAkbar…AllahuAkbar… ”terdengar kalimat yang terus mengalun indah dari mulut anak-anakgaza.

“alya!…alya!...alya!”terdengar suara Yasser memanggil anaknya. Terlihat letih dari keringat yang terus membanjiri tubuhnya, seluruh tempat telah ia datangi namun tetap ia tak menemukan anaknya.
“Yasser coba kamu pergi ke tenda korban anak di sebelah selat anujungan sana” jawab seorang pemuda sambil menunjuk tempat pemukimannya.
“apakah anak aku ada disana?”
“cobalah, seluruh anak-anak yang gugur di bawah ke tempat itu untuk di kafankan” jawabnya lagi.

Langkah demi langka Yasser tempuh.Terlihat sebuah tenda biru yang berukuran kecil di ujung matanya. beberapa orang berpakaian putih membawa tandu sambil keluar masuk tenda. Yasser tiba di pintu tenda, dengan sigap matanya terus memandang satu persatu wajah yang telah tergelatak terkafani. Matanya tertuju kepada mayat anak kecil di ujung tenda, seberkas senyum bersanding air mata terlihat di wajahnya.

“Nak!...ternyata kamu telah menemukan syahidmu di bandingkan abi, titip salamku untuk ibumu. Tanyakan kepada ibumu bahwa kita akan berkumpul di tempat indah yang bernama syurga yang telah dijanjikan oleh Allah untuk kita”ujar Yasser menahan tangisnya.