Sunday, 7 June 2015

Gazza! Dibawah Altar Langit Malam

Gazza! Dibawah Altar Langit Malam 

Oleh : Fathul Khair Tabri
Gazza Di Bawah Altar Langit Malam

Alya memandang gedung di sekelilingnya yang telah runtuh dan tertutupi oleh pasir dan debu yang menyelimutinya. Sudah berkali-kali ia menatap dan tetap tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Terlihat lingkaran hitam yang terpajang di bawah mata sayupnya, entah sudah berapa lama ia menahan rasa kantuknya, akibat suasana yang masih memanas. Di bawah altar langit malam, tak sorang pun tidur diantara mereka. Begitupun dengan Alya yang terus saja menyepi di sudut ruangan tanpa atap bersama ayahnya. Dinginnya udara yang menemani di malam-malam yang begitu mencekam tak membuat di antara mereka terlihat ketakutan dan cemas terhadap apa yang mereka alami.

“yaaayyuhannaas…. Janganlah diantara kita merasa takut terhadap apa yang menimpa kita, sebab Allah selalu bersama kita. Mungkin kita adalah bangsa yang tak terpandang dimata mereka, namun yakinlah…yakinlah bahwa kita akan mulia di mata Allah bila kita menemukan syahid kita di sini.” kata seorang diantara mereka penuh lantang menembus sunyi.

Terlihat diantara mereka ada yang memeluk mushaf Qur’an di balik baju kusam  yang ia kenakan. Gazza seperti kota mati. Tak ada yang tergambar pemukiman yang rapih, semuanya hancur berantakan. Hanya tenda-tenda darurat yang terpasang beberapa buah. Tak ada lampu yang menerangi mereka. Tak ada air yang begitu banyak tuk membersihkan wajah mereka dari debu dan sisa-sisa asap yang masih memenuhi wajahnya.

“nak…apakah kamu takut dengan semua ini,?” kata ayahnya menatap Alya.
“apa yang harus saya takut kan abi? Bukankah kata orang tadi bahwa Allah selalu bersama kita! Dan bukankah ibu telah menemukan syurganya?” jawab Alya yang masih terlihat menggenggam mushaf tuanya yang berwna hitam.
“betul Alya! Ibumu telah menemukan syurganya, syurga yang telah di janjikan oleh mujahidah seperti ibumu” kata ayanya mengusap kepala Alya.
“kalau begitu, apa yang akan terjadi kepada kita esok hari ayah.?”
“entahlah, mungkin esok kita akan berkumpul bersaama ibumu kembali.”

***

Masih sedikit benang merah yang terlihat di balik ufuk timur, namun orang-orang sudah bagaikan lebah yang saling berhamburan. Seluruh warga sipil berlari tak karuan, gedung-gedung, pemukiman, dan tenda tak luput dari serangan rudal yang terus memborbardir daerah gazza.

Terlihat kaum lelaki yang berdiri di gardu terdepan membawa senjata yang ia miliki. Batu dan kerikil telah di genggam oleh kaum wanita. Tak terelakkan, deraian darah mengalir di negeri para nabi.

Hujaman meteor-meteor rudal terus menyeruak menghantam seluruh pemukiman. Satu persatu mujahid dan mujahidah tergeletak syahid di atas medan jihad. Kepulan asap dan debu menutup pandangan. Terdengar Takbir yang terus berkumandang menembus dentuman rudal.

Tempat itu seketika berubah menjadi menakutkan. Kobaran api terus menyela menerangi setiap sudut kota. Ledakan demi ledakan menggaungkan jihad di sana. Hamparan tanah di penuhi mayat-mayat yang tak berdosa, tetesan air mata tertumpah ruah di jalan-jalan. “ini tanah kami! Tanah nabi yang di wariskan kepada kami. Pergi kau penjajah! Allah bersama kita, dan kemenangan adalah janji yang pasti. AllahuAkbar…AllahuAkbar… ”terdengar kalimat yang terus mengalun indah dari mulut anak-anakgaza.

“alya!…alya!...alya!”terdengar suara Yasser memanggil anaknya. Terlihat letih dari keringat yang terus membanjiri tubuhnya, seluruh tempat telah ia datangi namun tetap ia tak menemukan anaknya.
“Yasser coba kamu pergi ke tenda korban anak di sebelah selat anujungan sana” jawab seorang pemuda sambil menunjuk tempat pemukimannya.
“apakah anak aku ada disana?”
“cobalah, seluruh anak-anak yang gugur di bawah ke tempat itu untuk di kafankan” jawabnya lagi.

Langkah demi langka Yasser tempuh.Terlihat sebuah tenda biru yang berukuran kecil di ujung matanya. beberapa orang berpakaian putih membawa tandu sambil keluar masuk tenda. Yasser tiba di pintu tenda, dengan sigap matanya terus memandang satu persatu wajah yang telah tergelatak terkafani. Matanya tertuju kepada mayat anak kecil di ujung tenda, seberkas senyum bersanding air mata terlihat di wajahnya.

“Nak!...ternyata kamu telah menemukan syahidmu di bandingkan abi, titip salamku untuk ibumu. Tanyakan kepada ibumu bahwa kita akan berkumpul di tempat indah yang bernama syurga yang telah dijanjikan oleh Allah untuk kita”ujar Yasser menahan tangisnya.

Related Posts

Gazza! Dibawah Altar Langit Malam
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Like the post above? Please subscribe to the latest posts directly via email.

Memberikan komentar yang sopan
Tidak mengandung SARA/Porno
Menggunakan Bahasa yang mudah di pahami